SIDIKALANG, GAJAHTOBANEWS.COM – Tembaga merupakan salah satu jenis logam yang sangat banyak digunakan dalam kehidupan masyarakat, khususnya pada peralatan listrik. Namun pada kenyataannya, di alam sendiri keberadaan native copper alias tembaga murni jarang sekali ditemukan karena tembaga sudah bereaksi dengan unsur-unsur lain membentuk mineral baru.
Berikut adalah penjelasan singkat mengenai jenis mineral tembaga:
1. Native Copper
Native copper alias tembaga murni merupakan logam tembaga yang terbentuk di alam dan belum bereaksi membentuk mineral baru. Native copper memiliki ciri yaitu berwarna tembaga kemerahan, memiliki kilap logam atau metalik, tidak tembus cahaya, mudah digores, memiliki massa jenis 8.95 gr/cm3.
Gambar native copper.
Baca juga keterdapatan mineral tembaga dan emas di Kuta Buluh, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara https://www.gajahtobanews.com/editorial/lipus/kuta-buluh-daerah-mineralisasi-tembaga-dan-emas-yang-belum-diteliti
2. Chalcopyrite
Chalcopyrite [CuFeS2] merupakan bijih logam utama dari tembaga yang memiliki kandungan tembaga murni sekitar 34,5%. Chalcopyrite memiliki ciri yaitu berwarna kuning seperti kuningan dan terkadang ternoda bewarna-warni, memiliki kilap logam atau metalik, mudah digores, jika tergores warna goresannya berwarna hijau kehitaman, tidak tembus cahaya, dan memiliki massa jenis 4.1-4.3 gr/cm3.
Gambar chalcopyrite.
3. Chrysocolla
Chrysocolla merupakan mineral tembaga sekunder yang berbentuk seperti buih-buih dengan kandungan tembaga murni sekitar 37.9%. Chrysocolla memiliki warna hijau, hijau kebiruan, biru, dan hitam, memiliki kilap vitreous atau seperti kaca, tidak tembus cahaya, mudah digores, memiliki massa jenis 1.93 – 2.4 gr/cm3.
Gambar chrysocolla.
4. Azurite
Azurite [Cu3(CO3)2(OH)2] merupakan mineral tembaga sekunder yang terbentuk dari hasil oksidasi mineral tembaga primer dengan kandungan tembaga murni sekitar 55.1%. Azurite sering ditemukan di zona oksidasi endapan bijih tembaga.
Azurite memiliki warna biru gelap atau biru azure, memiliki kilap seperti kaca, terkadang transparan, memiliki warna goresan biru muda, agak sulit tergores, serta memiliki massa jenis sebesar 3,77 gr/cm3.
Gambar azurite (kiri) dan malachite (kanan).
5. Malachite
Malachite [Cu2(CO3)(OH)2] merupakan mineral tembaga sekunder yang terbentuk dari hasil oksidasi mineral tembaga primer dengan kandungan tembaga murni sekitar 57.7%. Malachite sering ditemui bersama azurite pada zona oksidasi endapan bijih tembaga.
Malachite memiliki warna hijau terang, hijau gelap, dan hijau mendekati hitam. Malachite memiliki kilap seperti kaca dan terkadang kusam seperti tanah, memiliki warna gores hijau, dan memiliki massa jenis 3.6 – 4.05 gr/cm3.
Baca juga keterdapatan mineral tembaga dan emas di Kuta Buluh, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara https://www.gajahtobanews.com/editorial/lipus/kuta-buluh-daerah-mineralisasi-tembaga-dan-emas-yang-belum-diteliti
6. Bornite
Bornite [Cu5FeS4] merupakan bijih logam tembaga utama yang terbentuk dari ikatan tembaga dengan sulfida. Bornite terbentuk oleh proses magmatic, hidrotermal, sedimentasi, dan pada tipe skarn bornite berada bersama dengan chalcocite dan chalcopyrite. Bornite memiliki kandungan tembaga murni sekitar 63.3%.
Bornite memiliki warna segar seperti kabel tembaga dan merah, dan jika terkena udara lembab akan berwarna-warni didominasi ungu, karena warna-warni tersebut bornite sering disebut sebagai peacock ore atau bijih merak. Bornite memiliki kilap logam atau metalik, tidak tembus cahaya alias opaque, warna goresan abu-hitam, mudah tergores, serta memiliki massa jenis 5.09 gr/cm3.
Gambar bornite.
7. Covellite
Covellite [CuS] merupakan bijih logam tembaga sulfida dengan kandungan tembaga murni sekitar 66.5%. Covellite jarang terbentuk oleh proses hydrothermal, dan pembentukan utamanya berada pada zona oksidasi endapan logam.
Covellite berwarna biru indigo, biru gelap, dan sering berwarna ungu. Covellite memiliki kilap sub logam atau tidak terlalu metalik, tidak tembus cahaya, mudah tergores, warna goresan abu gelap kehitaman, dan memiliki massa jenis 4.6 – 4.76 gr/cm3.
Gambar covellite.
8. Chalcocite
Chalcocite [Cu2S] merupakan mineral sekunder yang ada di dalam atau sekitar zona oksidasi endapan sulfida tembaga. Chalcocite terbentuk secara hydrothermal, juga secara sedimentasi dan metamorfik, namun utamanya pada proses sedimentasi. Chalcocite memiliki kandungan tembaga murni sekitar 79.8 %.
Chalcocite memiliki warna biru kehitaman, abu-abu, hitam, hitam keabuan, dan abu seperti baja. Chalcocite memiliki kilap logam metalik dan sub metalik, tidak tembus cahaya, mudah tergores, warna goresan hitam gelap keabuan, dan memiliki massa jenis sekitar 5.5 – 5.8 gr/cm3.
Gambar chalcocite.
9. Cuprite
Cuprite [Cu2O] merupakan mineral tembaga yang sering ditemukan sebagai produk oksidasi dari endapan tembaga sulfide pada zona atas vein (urat mineralisasi logam). Cuprite sering berasosiasi dengan native copper, azurite, malachite, limonite, dan chalcocite. Kandungan tembaga murni dalam cuprite sekitar 88.8 %.
Cuprite memiliki kilap adamantine atau seperti berlian, juga terkadang kilap sub metalik dan kusam seperti tanah. Cuprite tidak tembus cahaya. Cuprite berwarna merah gelap dan terkadang hitam, mudah tergores, dan warna goresannya merah kecoklatan terang, serta memiliki massa jenis sekitar 6.14 gr/cm3.
Gambar cuprite.
Pemahaman mengenai ciri-ciri dari mineral tembaga diharapkan dapat mengedukasi masyarakat sehingga masyarakat dapat mengenali mineral ini ketika menemuinya di sekitar mereka. Jika masyarakat terkhusus di Dairi menemui indikasi logam tembaga seperti diatas, dapat menghubungi tim Gajahtobanews.com. (019/019)